Tuesday, October 27, 2015

Tafsir Surat An-Nas, ayat 1-6

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
Ketiga ayat yang pertama merupakan sebagian dari sifat-sifat Allah Swt. yaitu sifat Rububiyah (Tuhan), sifat Al-Mulk (Raja), dan sifat Uluhiyyah (Yang disembah). Dia adalah Tuhan segala sesuatu, Yang memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya. Maka segala sesuatu adalah makhluk yang diciptakan-Nya dan milik-Nya serta menjadi hamba-Nya.
Orang yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam permohonannya itu menyebutkan sifat-sifat tersebut agar dihindarkan dari kejahatan godaan yang bersembunyi, yaitu setan yang selalu mendampingi manusia. Karena sesungguhnya tiada seorang manusia pun melainkan mempunyai qarin (pendamping)nya dari kalangan setan yang menghiasi perbuatan-perbuatan fahisyah hingga kelihatan bagus olehnya. Setan itu juga tidak segan-segan mencurahkan segala kemampuannya untuk menyesatkannya melalui bisikan dan godaannya, dan orang yang terhindar dari bisikannya hanyalah orang yang dipelihara oleh Allah Swt.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا قَدْ وُكِلَ بِهِ قَرِينَةٌ
Tiada seorang pun dari kamu melainkan telah ditugaskan terhadapnya qarin (teman setan) yang mendampinginya.
Mereka bertanya, "Juga termasuk engkau, ya Rasulullah?" Beliau Saw. menjawab:
«نَعَمْ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ»
Ya, hanya saja Allah membantuku dalam menghadapinya; akhirnya ia masuk Islam, maka ia tidak memerintahkan kepadaku kecuali hanya kebaikan.
Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Anas tentang kisah kunjungan Safiyyah kepada Nabi Saw. yang saat itu sedang i'tikaf, lalu beliau keluar bersamanya di malam hari untuk menghantarkannya pulang ke rumahnya. Kemudian Nabi Saw. bersua dengan dua orang laki-laki dari kalangan Ansar. Di saat melihat Nabi Saw., bergegaslah keduanya pergi dengan cepat. Maka Rasulullah Saw. bersabda:Perlahan-lahanlah kamu berdua, sesungguhnya ia adalah Safiyyah binti Huyayyin.
Maka keduanya berkata.”Subhanallah, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda:
«إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَيْئًا- أَوْ قَالَ شَرًّا»
Sesungguhnya setan itu mengalir ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darahnya. Dan sesungguhnya aku merasa khawatir bila dilemparkan sesuatu (prasangka buruk) ke dalam hati kamu berdua.
Al-Hafiz Abu Ya'la  Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Addiy ibnu Abu Imarah, telah menceritakan kepada kami Ziyad An-Numairi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
«إِنَّ الشَّيْطَانَ وَاضِعٌ خَطْمَهُ  عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِنْ ذَكَرَ الله خَنَسَ، وَإِنْ نَسِيَ الْتَقَمَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الْوَسْوَاسُ الْخَنَّاسُ»
Sesungguhnya setan itu meletakkan belalainya di hati anak Adam. Jika anak Adam mengingat Allah, maka bersembunyi; dan jika ia lupa kepada Allah, maka setan menelan hatinya; maka itulah yang dimaksud dengan bisikan setan yang tersembunyi.
Hadis ini berpredikat garib.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim, bahwa ia pernah mendengar Abu Tamimah yang menceritakan hadis berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi Saw. Ia mengatakan bahwa di suatu ketika keledai yang dikendarai oleh Nabi Saw. tersandung, maka aku berkata, "Celakalah setan itu." Maka Nabi Saw. bersabda:
«لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ وَقَالَ: بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ وَإِذَا قُلْتَ: بِاسْمِ اللَّهِ تَصَاغَرَ حَتَّى يصير مثل الذباب وغلب
Janganlah engkau katakan, "Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan,  "Celakalah setan, "maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, "Dengan kekuatanku, aku kalahkan dia.” Tetapi jika engkau katakan, "Bismillah, "maka mengecillah ia hingga menjadi sekecil lalat.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sanadnya jayyid lagi kuat. Dan di dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan bahwa hati itu manakala ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan terkalahkan. Tetapi jika ia tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat mengalahkannya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Usman, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
«إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ فِي الْمَسْجِدِ جَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَأَبَسَ بِهِ كَمَا يَبِسُ الرَّجُلُ بِدَابَّتِهِ، فَإِذَا سَكَنَ لَهُ زَنَقَهُ أَوْ أَلْجَمَهُ»
Sesungguhnya seseorang di antara kamu apabila berada di dalam masjid, lalu setan datang, lalu setan diikat olehnya sebagaimana seseorang mengikat hewan kendaraannya. Dan jika ia diam (tidak berzikir kepada Allah), maka setan berbalik mengikat dan mengekangnya.
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa kalian dapat menyaksikan hal tersebut. Adapun yang dimaksud dengan maznuq yakni orang yang diikat pada lehernya, maka engkau lihat dia condong seperti ini tidak berzikir kepada Allah. Adapun orang yang dikekang, maka ia kelihatan membuka mulutnya dan tidak mengingat Allah Saw. hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: setan yang biasa bersembunyi. (An-Nas: 4) Bahwa setan bercokol di atas hati anak Adam. Maka apabila ia lupa dan lalai kepada Allah setan menggodanya; dan apabila ia ingat kepada Allah maka setan itu bersembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah diceritakan kepadanya, sesungguhnya setan yang banyak menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila ia sedang ingat kepada Allah, maka setan bersembunyi ketakutan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, Al-waswas," bahwa makna yang dimaksud ialah setan yang membisikkan godaannya; apabila yang digodanya taat kepada Allah, maka setan bersembunyi.
Firman Allah Swt.:
{الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ}
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (An-Nas: 5)
Apakah makna ayat ini khusus menyangkut Bani Adam saja sebagaimana yang ditunjukkan oleh makna lahiriah ayat, ataukah lebih menyeluruh dari itu menyangkut Bani Adam dan jin? Ada pendapat mengenainya, yang berarti makhluk jin pun termasuk ke dalam pengertian lafaz an-nas secara prioritas. Ibnu Jarir mengatakan bahwa adakalanya digunakan lafaz rijalun minal jin (laki-laki dari kalangan jin) ditujukan terhadap mereka, maka tidaklah heran bila mereka (jin) dikatakan dengan istilah an-nas.
Firman Allah Swt.:
{مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ}
dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6)
Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya: yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (An-Nas: 5) Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya: dari (golongan)jin dan manusia. (An-Nas: 6)
Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut ini: dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6) merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan setan manusia dan setan jin. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَكَذلِكَ جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَياطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu(manusia). (Al-An'am: 112)
Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa:
حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عُمَر الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدِ بْنِ الْخَشْخَاشِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَجَلَسْتُ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قُلْتُ: لَا. قَالَ: "قُمْ فَصَلِّ". قَالَ: فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ، ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الصَّلَاةُ؟ قَالَ: "خَيْرُ مَوْضُوعٍ، مَنْ شَاءَ أَقَلَّ، وَمَنْ شَاءَ أَكْثَرَ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا الصَّوْمُ؟ قَالَ: "فَرْضٌ يُجْزِئُ، وَعِنْدَ اللَّهِ مَزِيدٌ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَالصَّدَقَةُ؟ قَالَ: "أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّهَا أَفْضَلُ؟ قَالَ: "جُهد مِنْ مُقل، أَوْ سِرٌّ إِلَى فَقِيرٍ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّلَ؟ قَالَ: "آدَمُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَنَبِيٌّ كَانَ؟ قَالَ: "نَعِمَ، نَبِيٌّ مُكَلَّم". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ: "ثَلَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشْرَ، جَمًّا غَفيرًا". وَقَالَ مَرَّةً: "خَمْسَةَ عَشْرَ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ أعظم؟ قَالَ: "آيَةُ الْكُرْسِيِّ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah menceritakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ubaid Al-Khasykhasy, dari Abu Zaryang telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. yang saat itu berada di dalam masjid. lalu ia duduk. maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?" Aku (Abu Zar) menjawab, "Belum." Rasulullah Saw. bersabda, "Berdirilah dan salatlah kamu!" Maka aku berdiri dan salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau Saw. bersabda: Hai Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setan manusia itu ada?" Beliau Saw. menjawab, "Ya ada." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?" Rasulullah Saw. menjawab: Salat adalah sebaik-baik pekerjaan; barang siapa yang ingin mempersedikitnya atau memperbanyaknya (hendaklah ia melakukan apa yang disukainya —dari salatnya itu—). Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?" Rasulullah Saw. menjawab: Amal fardu yang berpahala dan di sisi Allah ada tambahannya. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan sedekah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Pahalanya dilipatgandakan dengan kelipatan yang banyak." Aku bertanya, "Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab: Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi kepada orang yang fakir. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling pertama?" Beliau menjawab, "Adam." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?" Nabi Saw. menjawab, "Ya, dia seorang nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah Swt." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tiga ratus belasan orang, jumlah yang cukup banyak." Di lain kesempatan beliau Saw. bersabda, "Tiga ratus lima belas orang rasul." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling besar yang pernah diturunkan kepada engkau?" Rasulullah Saw. menjawab: Ayat kursi, yaitu, "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”(Al-Baqarah: 255)
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Umar Ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama. Hadis ini telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui jalur Lain dan lafaz Lain yang panjang sekali; hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ ذَرِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الهَمْداني، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُحَدِّثُ نَفْسِي بِالشَّيْءِ لَأَنْ أَخِرَّ مِنَ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ. قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan, dari Mansur, dari Zar ibnu Abdullah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dalam hatiku timbul suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau aku dijatuhkan dari atas langit daripada mengutarakannya." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda: Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan hingga hanya sampai batas bisikan (belaka).
Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mansur, sedangkan menurut riwayat Imam Nasai ditambahkan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama.
Demikianlah akhir tafsir kitab Ibnu Kasir, segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-Nya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

---------------

114. Surat An-Nas

(Manusia)
Makkiyah atau Madaniyyah, 6 ayat Turun sesudah Surat Al-Falaq
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
More:

Tafsir Surat Al-Falaq, ayat 1-5

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Saleh, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Jabir yang mengatakan bahwa al-falaq artinya subuh.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-falaq" bahwa makna yang dimaksud ialah subuh. Dan telah diriwayatkan halyangsemisal dari Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, Al-Hasan, Qatadah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Ibnu Zaid, dan Malik, dari Zaid ibnu Aslam.
Al-Qurazi. Ibnu Zaid, dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
فالِقُ الْإِصْباحِ
Dia menyingsingkan pagi. (Al-An'am: 96)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-falaq," bahwa makna yang dimaksud ialah makhluk. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak, bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk membaca ta'awwuz dari kejahatan semua makhluk-Nya.
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa al-falaq adalah nama sebuah penjara di dalam neraka Jahanam; apabila pintunya dibuka, maka semua penghuni neraka menjerit karena panasnya yang sangat. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya, untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suhail ibnu Usman, dari seorang lelaki, dari As-Saddi, dari Zaid ibnu Ali, dari kakek moyangnya, bahwa mereka telah mengatakan bahwa al-falaq adalah nama sebuah sumur di dasar neraka Jahanam yang mempunyai tutup. Apabila tutupnya dibuka, maka keluarlah darinya api yang menggemparkan neraka Jahanam karena panasnya yang sangat berlebihan. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Amr ibnu Anbasah dan As-Saddi serta lain-lainnya.
Sehubungan dengan hal ini telah ada sebuah hadis marfu' yang berpredikat munkar; untuk itu Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ishaq ibnu Wahb Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Mas'ud ibnu Musa ibnu Misykan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Khuzaimah Al-Khurrasani, dari Syu'aib ibnu Safwan, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«الْفَلَقُ جُبٌّ فِي جَهَنَّمَ مُغَطَّى»
Falaq adalah sebuah sumur di dalam neraka Jahanam yang mempunyai penutup.
Sanad hadis ini garib dan predikat marfu'-nya tidak sahih.
Abu Abdur Rahman Al-Habli telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, bahwa al-falaq adalah nama lain dari neraka Jahanam.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama, yaitu yang mengatakan bahwa sesungguhnya falaq adalah subuh. Pendapat inilah yang sahih dan dipilih oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya.
Firman Allah Swt:
{مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ}
dari kejahatan makhluk-Nya. (Al-Falaq: 2)
Yakni dari kejahatan semua makhluk. Sabit Al-Bannani dan Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan bahwa Jahanam, Iblis, dan keturunannya termasuk makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ}
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (Al-Falaq: 3)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bila matahari telah tenggelam; demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mujahid. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abu Najih, dari Mujahid. Dan hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi. Ad-Dahhak. Khasif. Al-Hasan, dan Qatadah, bahwa sesungguhnya makna yang dimaksud ialah malam hari apabila datang dengan kegelapan.
Az-Zuhri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (Al-Falaq: 3) Yakni matahari apabila telah tenggelam.
Telah diriwayatkan pula dari Atiyyah dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: apabila telah gelap gulita. (Al-Falaq: 3) Yaitu malam hari bila telah pergi.
Abu Mihzan mengatakan dari Abu Hurairah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (Al-Falaq: 3) Bahwa makna yang dimaksud ialah bintang.
Ibnu Zaid mengatakan, dahulu orang-orang Arab mengatakan bahwa al-gasiq artinya jatuhnya bintang surayya. Berbagai penyakit dan Ta'un mewabah seusai jatuhnya bintang surayya, dan menjadi Lenyap dengan sendirinya bila bintang surayya terbit. Yang dimaksud dengan jatuh ialah tenggelam.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa di antara asar yang bersumber dari mereka ialah apa yang diceritakan kepadaku oleh Nasr Ibnu Ali, telah menceritakan kepadaku Bakkar, dari Abdullah keponakan Hammam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Aziz ibnu Umar, dari Abdur Rahman ibnu Auf, dari ayahnya, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (Al-Falaq: 3) Lalu beliau Saw. bersabda, bahwa makna yang dimaksud ialah bintang bila telah tenggelam.
Menurut hemat saya, predikat marfu' hadis ini tidak sahih sampai kepada Nabi Saw. Ibnu Jarir mengatakan, ulama lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah rembulan. Menurut hemat saya, yang dijadikan pegangan oleh orang-orang yang berpendapat demikian ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Al-Haris ibnu Abu Salamah yang mengatakan bahwa Siti Aisyah r.a. telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. memegang tangannya, lalu memperlihatkan kepadanya rembulan saat terbitnya, kemudian beliau Saw. bersabda:
«تَعَوَّذِي بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الْغَاسِقِ إِذَا وَقَبَ»
Mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan rembulan ini apabila telah tenggelam.
Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkan di dalam kitab tafsir dari kitab sunan masing-masing melalui hadis Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Zi-b, dari pamannya (yaitu Al-Haris ibnu Abdur Rahman) dengan lafazyang sama; dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Lafaznya berbunyi seperti berikut:
«تَعَوَّذِي بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَذَا فَإِنَّ هَذَا الْغَاسِقُ إِذَا وَقَبَ»
Mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan (rembulan) ini, yaitu apabila ia telah tenggelam.
Menurut lafaz Imam Nasai disebutkan seperti berikut:
«تَعَوَّذِي بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَذَا، هَذَا الْغَاسِقُ إِذَا وَقَبَ»
Mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan (rembulan) ini, yaitu apabila ia telah tenggelam.
Orang-orang yang mengatakan pendapat pertama mengatakan bahwa rembulan merupakan pertanda malam hari bila telah muncul, dan ini tidaklah bertentangan dengan pendapat kami. Karena sesungguhnya rembulan merupakan pertanda malam hari dan rembulan tidak berperan kecuali hanya di malam hari. Demikian pula halnya dengan bintang-bintang; bintang-bintang tidak dapat bersinar kecuali di malam hari; dan hal ini sejalan dengan pendapat yang kami katakan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ}
dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus pada buhul-buhul. (Al-Falaq:4)
Mujahid, Ikrimah. Al-Hasan. Qatadah. dan Ad-Dahhak telah mengatakan bahwa yang dimaksud ialah wanita-wanita penyihir. Mujahid mengatakan bahwa yaitu apabila wanita-wanita penyihir itu mengembus pada buhul-buhulnya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya yang mengatakan bahwa tiada suatu perbuatan pun yang lebih mendekati kepada kemusyrikan selain dari ruqyatul hayyah dan majanin, yakni sejenis perbuatan sihir.
Di dalam hadis lain disebutkan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Hai Muhammad, apakah engkau sakit?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Jibril berkata (yakni berdoa):
باسم اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيكَ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ حَاسِدٍ وَعَيْنٍ، اللَّهُ يَشْفِيكَ
Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari semua penyakit yang mengganggumu dan dari kejahatan setiap orang yang dengki dan kejahatan pandangan mata; semoga Allah menyembuhkanmu.
Barangkali hal ini terjadi di saat Nabi Saw. sakit akibat terkena sihir, kemudian Allah Swt. menyelamatkan dan menyembuhkannya, dan menolak rencana jahat para penyihir dan orang-orang yang dengki dari kalangan orang-orang Yahudi, lalu menimpakannya kepada mereka dan menjadikan kehancuran mereka oleh tipu muslihat mereka sendiri hingga mereka dipermalukan. Tetapi sekalipun mendapat perlakuan demikian, Rasulullah Saw. tidak menegur atau mengecam pelakunya di suatu hari pun, bahkan beliau merasa cukup hanya meminta pertolongan kepada Allah, dan Dia menyembuhkan serta menyehatkannya.
Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Yazid ibnu Hibban, dari Zaid ibnu Arqam yang mengatakan bahwa seorang lelaki Yahudi menyihir Nabi Saw. Karena itu, beliau merasa sakit selama beberapa hari.
Lalu datanglah Jibril dan berkata, "Sesungguhnya seorang lelaki Yahudi telah menyihirmu dan membuat suatu buhul yang ditujukan terhadapmu, lalu ia meletakkannya di dalam sumurmu.'" Lalu Rasulullah Saw. menyuruh seseorang untuk mengambil buhul tersebut dari dalam sumur yang dimaksud. Setelah buhul itu dikeluarkan dari sumur, lalu diberikan kepada Rasulullah Saw. dan beliau membukanya, maka dengan serta merta seakan-akan Rasulullah Saw. baru terlepas dari suatu ikatan. Dan Rasulullah Saw. tidak pernah menyebutkan lelaki Yahudi itu dan tidak pula melihat mukanya sampai beliau wafat.
Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini dari Hamad, dari Abu Mu'awiyah alias Muhammad ibnu Hazim Ad-Darir.
Imam Bukhari mengatakan di dalam Kitabut Tib, dari kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa orang yang mula-mula menceritakan kisah ini kepada kami adalah ibnu Juraij. Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku keluarga Urwah, dari Urwah, lalu aku menanyakan tentangnya kepada Hisyam, maka Hisyam mengatakan bahwa Urwah memang pernah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. pernah disihir hingga beliau beranggapan bahwa dirinya telah mendatangi istri-istrinya, padahal tidak.
Sufyan selanjutnya mengatakan bahwa sihir jenis ini merupakan sihir yang paling keras, bila pengaruhnya demikian. Lalu Rasulullah Saw. bersabda:
«يَا عَائِشَةُ أَعْلِمْتِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ؟ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيِّ، فَقَالَ الَّذِي عِنْدَ رَأْسِي لِلْآخَرِ: مَا بَالُ الرَّجُلِ؟ قَالَ: مَطْبُوبٌ  ، قَالَ: وَمَنْ طَبَّهُ، قال لَبِيَدُ بْنُ أَعْصَمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ حليف اليهود كان منافقا، قال: وَفِيمَ؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاقَةٍ ، قَالَ: وَأَيْنَ؟ قَالَ: فِي جُفِّ طَلْعَةِ ذَكَرٍ تَحْتَ رَعُوفَةٍ  في بئر ذروان»
Hai Aisyah, tahukah engkau bahwa Allah telah memberiku nasihat tentang masalah yang aku telah memohon petunjuk dari-Nya mengenainya" Dua orang lelaki datang kepadaku yang salah seorangnya duduk di dekat kepalaku, sedangkan yang lainnya duduk di dekat kakiku. Maka orang yang ada di dekat kepalaku berkata kepada temannya, "Mengapa lelaki ini?” Ia menjawab, "Terkena sihir.” Orang yang berada dekat kepalaku bertanya, "Siapakah yang menyihirnya?” Ia menjawab, "Lubaid ibnu A 'sam, seorang lelaki dari Bani Zuraiq teman sepakta orang-orang Yahudi, dia adalah seorang munafik.” Yang berada di dekat kepalaku bertanya, "Dengan apa?” Ia menjawab, "Sisir dan rambut.” Orang yang berada di dekat kepalaku bertanya, ' 'Di taruh di mana?'' Ia menjawab, "Di dalam mayang kurma jantan di bawah sebuah batu di dalam sumur Zirwan."
Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. mendatangi sumur tersebut dan mengeluarkannya, kemudian beliau bersabda:
«هَذِهِ الْبِئْرُ الَّتِي أُرِيتُهَا وَكَأَنَّ مَاءَهَا نقاعة الحناء وكأن نخلها رؤوس الشياطين»
Inilah sumur yang diperlihatkan kepadaku dalam mimpiku; airnya seakan-akan seperti warna pacar (merah) dan pohon-pohon kurmanya seakan-akan seperti kepala-kepala setan.
Kemudian benda itu dikeluarkan dan dikatakan kepada beliau Saw., "Tidakkah engkau membalikkannya?" Rasulullah Saw. menjawab:
«أَمَّا اللَّهُ فَقَدْ شَفَانِي وَأَكْرَهُ أَنْ أُثِيرَ عَلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ شَرًّا»
Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah menyembuhkan diriku, dan aku tidak suka menimpakan suatu keburukan terhadap seseorang.
Dan Imam Bukhari meng-isnad-kan hadis ini melalui Isa ibnu Yunus, Abu Damrah alias Anas ibnu Iyad, Abu Usamah, dan Yahya Al-Qattan, yang di dalamnya disebutkan bahwa Aisyah r.a. mengatakan bahwa beliau Saw. sering berilusi seakan-akan telah melakukan sesuatu padahal tidak. Dalam riwayat ini disebutkan pula bahwa setelah itu Nabi Saw. memerintahkan agar sumur tersebut dimatikan, lalu ditimbun.
Imam Bukhari menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abuz Zanad dan Al-Lais ibnu Sa'd, dari Hisyam. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abu Usamah alias Hammad ibnu Usamah dan Abdullah ibnu Namir. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Affan, dari Wahb, dari Hisyam dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Ibrahim ibnu Khalid, dari Ma'mar, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah yang menceritakan bahwa Nabi Saw. tinggal selama enam bulan sering mengalami seakan-akan mengerjakan sesuatu, padahal kenyataannya tidak. Kemudian datanglah kepadanya dua malaikat, salah seorang duduk di dekat kepalanya, sedangkan yang lain duduk di dekat kakinya.
Salah seorangnya berkata kepada yang lain, "Kenapa dia?" Yang lain menjawab, "Terkena sihir." Ia bertanya, "Siapakah yang menyihirnya?" Yang lain menjawab, "Labid ibnul A'sam," lalu disebutkan hingga akhir hadis.
Al-Ustaz Al-Mufassir As-Sa'labi telah menyebutkan di dalam kitab tafsirnya, bahwa ibnu Abbas dan Aisyah pernah menceritakan bahwa pernah ada seorang pemuda Yahudi menjadi pelayan Rasulullah Saw. Lalu orang-orang Yahudi mempengaruhi pemuda itu dengan gencarnya hingga pemuda itu mau menuruti kemauan mereka. Maka ia mengambil beberapa helai rambut Rasulullah Saw. dan beberapa buah gigi sisir yang biasa dipakai oleh beliau Saw., setelah itu kedua barang tersebut ia serahkan kepada orang-orang Yahudi.
Lalu mereka menyihir Nabi Saw. melalui kedua benda itu, dan orang yang melakukannya adalah salah seorang dari mereka yang dikenal dengan nama Ibnu A'sam. Kemudian kedua barang tersebut ia tanam di dalam sebuah sumur milik Bani Zuraiq yang dikenal dengan nama Zirwan. Maka Rasulullah Saw. mengalami sakit dan rambut beliau kelihatan rontok. Beliau tinggal selama enam bulan seakan-akan mendatangi istri-istrinya, padahal kenyataannya tidak, dan beliau kelihatan gelisah dan tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya.
Ketika beliau sedang tidur, tiba-tiba ada dua malaikat datang kepadanya. Maka salah seorangnya duduk di dekat kepalanya, sedangkan yang lain duduk di dekat kakinya. Malaikat yang ada di dekat kakinya bertanya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Apakah yang dialami oleh lelaki ini?" Ia menjawab, "Pengaruh Tib." Yang ada di dekat kakinya bertanya, "Apakah Tib itu?" Ia menjawab, "Sihir." Yang ada di dekat kakinya bertanya "Siapakah yang menyihirnya?" Ia menjawab, "Labid Ibnul A'sam, seorang Yahudi." Malaikat yang ada di dekat kakinya bertanya, "Dengan apakah ia menyihirnya?" Ia menjawab, "Dengan rambutnya dan gigi sisirnya." Yang ada di dekat kakinya bertanya, "Di manakah hal itu diletakkan?" Ia menjawab, "Di dalam mayang kurma jantan di bawah batu yang ada di dalam sumur Zirwan."
Al-juff artinya. kulit mayang kurma. Dan ar-raufah adalah sebuah batu yang di dalam sumur, tetapi menonjol digunakan untuk tempat berdirinya orang yang mengambil air.
Maka Rasulullah Saw. terbangun dalam keadaan terkejut, lalu bersabda: Hai Aisyah, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah telah menceritakan kepadaku tentang penyakitku ini.
Lalu Rasulullah Saw. menyuruh Ali, Az-Zubair, dan Ammar ibnu Yasir untuk mengeringkan sumur tersebut; maka mereka bertiga mengeringkan sumur itu, yang airnya kelihatan seakan-akan seperti warna pacar (merah). Mereka bertiga mengangkat batu itu dan mengeluarkan mayang kurma yang ada di bawahnya. Maka ternyata di dalamnya terdapat beberapa helai rambut Rasulullah Saw. dan beberapa gigi sisirnya, dan tiba-tiba di dalamnya terdapat benang yang berbuhul (mempunyai ikatan) sebanyak dua belas ikatan yang ditusuk dengan jarum.
Maka Allah menurunkan dua surat Mu'awwizatain, dan setiap kali Rasulullah Saw. membaca suatu ayat dari kedua surat tersebut, beliau merasa agak ringan, hingga terlepaslah semua ikatan benang itu dan bangkitlah beliau seakan-akan baru terlepas dari ikatan. Sedangkan Jibril a.s. mengucapkan:  Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dari orang yang dengki dan pandangan mata yang jahat; semoga Allah menyembuhkanmu.
Setelah itu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami menangkap orang yang jahat itu dan membunuhnya?" Rasulullah Saw. menjawab:
"أما أَنَا فَقَدَ شَفَانِي اللَّهُ، وَأَكْرَهُ أَنْ يُثِيرَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا"
Adapun diriku telah disembuhkan oleh Allah, dan aku tidak suka menimpakan keburukan terhadap orang lain.

Demikianlah bunyi hadis ini tanpa isnad, di dalamnya terdapat hal yang garib dan pada sebagiannya terdapat mungkar yang parah, dan sebagiannya lagi ada yang diperkuat oleh hadis-hadis yang telah disebutkan di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

113. Surat Al-Falaq

(Waktu Subuh)
Makkiyah atau Madaniyyah, 5 ayat Turun sesudah Surat Al-Fil
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
More:

PENDAHULUAN TAFSIR AL-FALAQ DAN ANNAS

Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Bahdalah, dari Zurr ibnu Hubaisy yang mengatakan bahwa ia berkata kepada Ubay ibnu Ka'b bahwa sesungguhnya Ibnu Mas'ud tidak menulis Mu'awwizatain (surat Al-Falaq dan surat An-Nas) di dalam mushafnya. Maka Ubay ibnu Ka'b mengatakan, aku bersaksi bahwa Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadaku bahwa sesungguhnya Jibril a.s. berkata kepadanya: Katakanlah,  "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh.” (Al-Falaq: 1), sampai akhir surat. Lalu Nabi Saw. mengucapkannya, dan Jibril berkata kepadanya: Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (An-Nas: 1), sampai akhir surat. Lalu Nabi Saw. mengucapkannya, dan kami mengucapkan pula apa yang diucapkan oleh Nabi Saw.
Abu Bakar Al-Humaidi telah meriwayatkan di dalam kitab musnadnya dari Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Abu Lubabah dan Asim ibnu Bahdalah, keduanya pernah mendengar Zurr ibnu Hubaisy mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ubay ibnu Ka'b tentang surat Mu'awwizatain; untuk itu ia mengatakan, "Hai Abul Munzir, sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud menghapuskan surat Mu'awwizatain dari mushaf (nya)." Maka Ubay ibnu Ka'b menjawab, bahwa sesungguhnya ia pernah menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw. menjawab: Telah dikatakan kepadaku, "Katakanlah!" Maka aku mengatakannya. dan kami mengucapkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah Saw., yakni kedua surat Mu'awwizatain tersebut.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ زِرٍّ قَالَ: سألتُ ابنَ مَسْعُودٍ عَنِ الْمُعَوِّذَتَيْنِ فَقَالَ: سألتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُمَا فَقَالَ: " قِيلَ لِي، فَقُلْتُ لَكُمْ، فَقُولُوا". قَالَ أَبِي: فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ نَقُولُ
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Asim, dari Zurr yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada ibnu Mas'ud tentang Mu'awwizatain. Ibnu Mas'ud menjawab, bahwa ia pernah menanyakannya kepada Nabi Saw. Maka beliau Saw. menjawab: Surat tersebut pernah dibacakan kepadaku, dan aku telah membacakannya kepada kalian, maka bacalah oleh kalian. Ubay mengatakan, bahwa lalu Nabi Saw. membacakan surat tersebut, dan kami membacanya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Abu Lubabah, dari Zurr ibnu Hubaisy, dan telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Zurr yang mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Ubay ibnu K.a' b, untuk itu ia mengatakan, "Hai Abul Munzir, sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud mengatakan anu dan anu." Ubay ibnu Ka'b menjawab, "Aku pernah bertanya kepada Nabi Saw., maka beliau menjawab, 'Telah dibacakan surat tersebut kepadaku, lalu aku membacanya,' dan kami membaca seperti apa yang dibaca oleh Rasulullah Saw." Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula—juga Imam Nasai—dari Qutaibah, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abdah dan Asim ibnu Abun Nujud, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka’b dengan lafaz yang sama.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Azraq alias ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Bahrain, dari Ibrahim, dari Alqamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah menghapus surat Muawwizatain dari mushaf (nya), dan mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. hanya memerintahkan kepada kita agar keduanya dipakai untuk berta'awwuz. Dan Abdullah belum pernah membaca kedua surat itu (dalam salatnya).
Abdullah ibnu Ahmad telah meriwayatkan hal ini melalui hadis Al-A'masy, dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud menghapus Mu’awwizatain dari mushafnya, dan ia mengatakan bahwa sesungguhnya kedua surat tersebut bukanlah berasal dari Kitabullah.
Al-A'masy mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Asim, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa kami pernah menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw. menjawab: Pernah dibacakan kepadaku, maka aku membacanya.
Yakni Malaikat Jibril pernah mengajarkan kepada beliau kedua surat itu. Demikianlah menurut pendapat yang terkenal di kalangan kebanyakan ulama qiraah dan ulama fiqih, bahwa Ibnu Mas'ud tidak mencatat kedua surat ini dalam mushafnya. Barangkali dia belum pernah mendengarnya dari Nabi Saw. dan berita tentang keduanya tidak mutawatir menurutnya. Kemudian pada akhirnya ia mencabut kembali pendapatnya dan mengikut kepada pendapat jamaah sahabat. Karena sesungguhnya para sahabat telah menetapkan keduanya di dalam mushaf-mushaf induk dan menyebarkannya ke seluruh kawasan negeri; segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan bahwa telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari bayan dari Qais ibnu Abu Hazim, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
«أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتْ هَذِهِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قط قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Tidakkah engkau melihat beberapa ayat yang diturunkan tadi malam yang sama sekali belum pernah ada ayat-ayat yang semisal denganya, yaitu Qul A'Uzu Birabbil Falaq (surat Al-Falaq) dan Qul A 'Uzu Birabbin Nasi (surat An-Nas).
Imam Ahmad dan juga Imam Muslim serta Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazim, dari Uqbah dengan sanad yang sama; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir, dari Al-Qasim alias Abu Abdur Rahman, dari Uqbah ibnu Amir yang menceritakan bahwa ketika ia sedang menuntun begal kendaraan Rasulullah Saw. di suatu jalan, tiba-tiba Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Uqbah, mengapa engkau tidak naik kendaraan?" Uqbah berkata dalam hatinya bahwa ia tidak mau bergantian menaiki kendaraan karena takut hal itu merupakan perbuatan durhaka karena dengan Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. turun dan Uqbah naik sebentar, lalu turun lagi dan Rasulullah Saw. naik. Setelah itu beliau bersabda, "Hai Uqbah, maukah engkau kuajarkan dua surat yang terbaik untuk dibaca oleh manusia?" Uqbah menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah." Lalu Rasulullah Saw. membacakan kepadaku: Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (Al-Falaq: 1), hingga akhir surat. dan firman-Nya: Katakanlah.”Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai) manusia. (An-Nas: 1). sampai akhir surat. Kemudian salat diiqamahkan dan Rasulullah Saw. maju. lalu membaca kedua surat itu. kemudian beliau berlalu di hadapanku dan bersabda: Bagaimanakah pendapatmu, hai uqbah, bacalah kedua surat itu bila engkau hendak tidur dan bila engkau berdiri (dalam salatmu).
Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Al-Walid ibnu Muslim dan Abdullah ibnu Mubarak, keduanya dari Ibnu Jabir dengan sanad yang sama. Imam Abu Daud serta Imam Nasai telah meriwayatkannya pula melalui hadis Ibnu Wahb, dari Maimun ibnu Saleh, dari Al-Ala ibnul Haris, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari Uqbah dengan sanad yang sama.
Jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Abdul Aziz Ar-Ra'ini dan Abu Marhum, dari Yazid ibnu Muhammad Al-Qurasyi, dari Ali ibnu Rabah, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah memerintahkan kepadanya agar membaca Muawwizatain setiap usai dari salat fardunya. Abu Daud, Turmuzi, dan Nasai telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Ali ibnu Abu Rabah; dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib.
Jalur lain.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ مشَرح بْنِ هَاعَانَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اقْرَأْ بِالْمُعَوِّذَتَيْنِ، فَإِنَّكَ لَنْ تَقْرَأَ بِمِثْلِهِمَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Masyrah ibnu Ahan, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Bacalah Mu'awwizatain, karena sesungguhnya engkau tidak akan menjumpai surat yang semisal keduanya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
Jahir lain.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْح، حَدَّثَنَا بَقِيَّة، حَدَّثَنَا بَحير بْنُ سَعْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدان، عَنْ جُبَير بْنِ نُفَير، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُهْدِيَتْ لَهُ بَغْلَةٌ شَهْبَاءُ، فَرَكِبَهَا فَأَخَذَ عُقْبَةُ يَقُودُهَا لَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ". فَأَعَادَهَا لَهُ حَتَّى قَرَأَهَا، فَعَرَفَ أَنِّي لَمْ أَفْرَحْ بِهَا جِدًّا، فَقَالَ: "لَعَلَّكَ تَهَاوَنْتَ بِهَا؟ فَمَا قُمْتَ تَصِلِي بِشَيْءٍ مِثْلِهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Haiwah ibnu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Bujair ibnu Sa'd, dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah mendapat hadiah berupa seekor begal berwarna abu-abu, lalu beliau mengendarainya, maka Uqbah mengambil tali kendalinya dan menuntunnya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Aku membaca Qul A'uzu Birabbil Falaq (surat Al-Falaq)," maka Nabi Saw. mengulangi bacaannya itu kepada Uqbah hingga akhirnya Uqbah ibnu Amir hafal dan membacanya. Maka Nabi Saw. mengetahui bahwa Uqbah kelihatan tidak begitu gembira menerimanya, lalu beliau Saw. bersabda: Barangkali engkau meremehkannya, padahal tiada suatu bacaan pun dalam salatmu yang semisal dengannya.
Imam Nasai meriwayatkannya dari Amr ibnu Usman, dari Baqiyyah dengan sanad yang sama. Dan Imam Nasai telah meriwayatkannya pula melalui hadis As-Sauri, dari Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abdur Rahman ibnu Nafir dari ayahnya dari Uqbah ibnu Amir, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Mu'awwizatain, lalu disebutkan hal yang semisal.
Jalur lain.
قَالَ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ، سَمِعْتُ النُّعْمَانَ، عَنْ زِيَادٍ أَبِي الْأَسَدِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ النَّاسَ لَمْ يَتَعَوَّذُوا بِمِثْلِ هَذَيْنَ: " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ " وَ " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ "
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, bahwa ia pernah mendengar An-Nu'man, dari Ziyad ibnul Asad, dari Uqbah ibnu Amir, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya manusia itu belum pernah membaca ta'awuz (memohon perlindungan) dengan bacaan yangsemisal dengan kedua surat berikut, yaitu Qul A Uzu Birabbil Falaq (surat Al-Falaq) dan Qul Alizu Birabbin Nasi (surat An-Nas).
Jalur lain.
قَالَ النَّسَائِيُّ: أخبرنا قتيبة، حدثنا الليث، عن أبي عَجْلَانَ، عَنْ سَعِيدٍ الْمُقْبِرِيِّ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "يَا عُقْبَةُ، قُلْ". فَقُلْتُ: مَاذَا أَقُولُ؟ فَسَكَتَ عَنِّي، ثُمَّ قَالَ: "قُلْ". قُلْتُ: مَاذَا أَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَسَكَتَ عَنِّي، فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ، ارْدُدْهُ عَلَيَّ. فَقَالَ: "يَا عُقْبَةُ، قُلْ". قُلْتُ: مَاذَا أَقُولُ يا رسول الله؟ فقال: " " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ "، فَقَرَأْتُهَا حَتَّى أَتَيْتُ عَلَى آخِرِهَا، ثُمَّ قَالَ: "قُلْ". قُلْتُ: مَاذَا أَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ "، فَقَرَأْتُهَا حَتَّى أَتَيْتُ عَلَى آخِرِهَا، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ ذَلِكَ: "مَا سَأَلَ سَائِلٌ بِمِثْلِهِمَا، وَلَا اسْتَعَاذَ مُسْتَعِيذٌ بِمِثْلِهِمَا"
Imam Nasai mengatakan. telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Lais. dari Abu Ajlan, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa ia berjalan bersama Rasulullah Saw., lain beliau bersabda, '"Hai Uqbah, bacalah!" Aku bertanya.”Apakah yang harus kubaca?" Beliau diam, lain bersabda, "Bacalah." Aku bertanya, "Apakah yang harus aku baca, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (surat Al-Falaq: 1), hingga akhir surat. Lalu aku membacanya hingga akhir surat, kemudian beliau Saw. bersabda, "Bacalah." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus aku baca?" Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.”(An-Nas: 1), hingga akhir surat. Kemudian aku membacanya hingga akhir surat, dan setelah itu Rasulullah Saw. bersabda: Tiada seorang pun yang meminta dengan bacaan yang semisal dengannya, dan tiada seorang pun yang memohon perlindungan dengan bacaan yang semisal dengannya.
Jalur lain.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yasar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah, dari Al-Ala ibnul Haris, dari Mak-hul, dari Uqbah ibnu Amir, bahwa Rasulullah Saw. membaca kedua surat ini dalam salat Subuhnya.
Jalur lain.
قَالَ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ أَسْلَمَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: اتَّبَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ رَاكِبٌ، فَوَضَعْتُ يَدَيْ عَلَى قَدَمِهِ فَقُلْتُ: أَقْرِئْنِي سُورَةَ هُودٍ أَوْ سُورَةَ يُوسُفَ. فَقَالَ: "لَنْ تَقْرَأَ شَيْئًا أَنْفَعَ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَق "
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari yazid ibnu Abu Habib, dari Abu Imran Aslam, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa ia ikut bersama Rasulullah Saw. yang saat itu beliau berkendaraan. Maka aku pegang kedua telapak kakinya dan aku berkata, "Ajarkanlah kepadaku surat Hud atan surat Yusuf' Maka Rasulullah Saw. bersabda: Engkau tidak akan menemukan suatu bacaan pun yang lebih bermanfaat di sisi Allah daripada Qul A 'uzu Birabbil Falaq (surat Al-Falaq).
Hadis lain.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abu Amr Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Muhammad ibnu Ibrahim ibnul Haris, dari Abu Abdullah ibnu Abis, Al-Juhani, bahwaNabi Saw. pernah bersabda kepadanya, "Hai Ibnu Abis, maukah aku tunjukkan kepadamu —maukah kuceritakan kepada-mu— tentang permohonan perlindungan yang paling baik."Ibnu Abis menjawab, "Tentu saja mau, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda: Qul A Uzu Birabbil Falaq dan Qul AUzu Birabbin Nasi, keduanya adalah dua surat (Al-Qur'an).
Semua jalur yang diriwayatkan dari Uqbah ini berkedudukan seperti hadis yang mutawatir, dan memberikan pengertian yang pasti di kalangan sebagian besar ulama ahli tahqiq hadis.
Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan melalui riwayat Sada ibnu Ajlan dan Farwah Ibnu Mujahid dari Uqbah:  Maukah aku tunjukkan kepadamu tiga buah surat yang belum pernah diturunkan di dalam kitab Taurat, kitab Injil, kitab Zabur, dan juga di dalam kitab Furqan hal yang semisal dengannya, yaitu Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas), Qul A Uzu Birabbil Falaq (surat Al-Falaq), dan Qul A uzu Birabbin Nas (surat An-Nas).
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Al-Jariri. dari Abul Ala yang mengatakan bahwa seorang lelaki pernah menceritakan bahwa ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan. dan orang-orang mengiringinya, dan di waktu lohor panas amat terik, maka tibalah saatnya bagi Rasulullah Saw. untuk turun beristirahat dan juga bagiku. Maka beliau menyusulku dan menepuk pundakku seraya bersabda: Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (surat Al-Falaq: 1), hingga akhir surat.
Rasulullah Saw. membacakannya hingga akhir surat dan aku ikut membacanya bersama beliau. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memeliharadan menguasai) manusia. (surat An-Nas: 1), hingga akhir surat. Dan Rasulullah Saw. membacanya hingga akhir surat dan aku ikut membacanya bersama beliau Saw. Setelah itu beliau Saw. Bersabda: Apabila engkau salat, maka bacalah kedua surat ini.
Menurut makna lahiriah hadis, lelaki tersebut adalah Uqbah ibnu Amir; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Nasai meriwayatkan dari Ya'qub ibnu Ibrahim, dari Ibnu Aliyyah dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, dari Abdullah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ruman, dari Uqbah ibnu Amir, dari Abdullah Al-Aslami ibnu Anis, bahwa Rasulullah Saw. meletakkan tanganya ke dadanya, kemudian bersabda, "Katakanlah!" Aku tidak mengetahui apa yang harus kukatakan, kemudian beliau bersabda, "Katakanlah!" Maka aku membaca: Dialah Allah YangMahaesa. (Al-Ikhlas: 1) Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah!". Maka aku membaca: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya. (Al-Falaq: 1-2) hingga akhir surat, kemudian beliau Saw. bersabda, "Bacalah!" Maka aku membaca firman-Nya: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. (An-Nas: 1) hingga akhir surat, lalu Rasulullah Saw. bersabda: Demikianlah cara berta'awwuz (memohon perlindungan), dan tiada suatu ta'awwuz pun yang diucapkan oleh orang-orang yang berta 'awwuz semisal dengannya.
Hadis lain.
ImamNasai mengatakan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Ali alias Abu Hafs, telah menceritakan kepada kami Badal, telah menceritakan kepada kami Syaddad ibnu Sa'id alias Abu Talhah, dari Sa'id Al-Jariri, telah menceritakan kepada kami Abu Nadrah, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya, "Hai Jabir, bacalah!" Jabir bertanya, "Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, apakah yang harus kubaca?" Rasulullah Saw. bersabda: Bacalah Qul A uzu Birabbil Falaq dan Qul A uzu Birabbin Nasi (surat Al-Falaq dan surat An-Nas). Maka aku (Jabir) membaca kedua surat tersebut, setelah itu beliau Saw. bersabda: Bacalah keduanya, dan engkau tidak akan menemukan bacaan yang semisal dengan keduanya.
Dalam hadis Aisyah yang terdahulu telah diceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca kedua surat tersebut, lalu meniupkannya pada kedua tangannya dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke kepalanya, wajahnya, dan bagian depan tubuhnya.
Imam Malik telah meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dari Urwah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah Saw. apabila sakit membacakan kepada dirinya dua surat Mu'awwizatain, lalu meniupkan keduanya pada dirinya. Dan setelah sakit beliau parah, maka akulah (Aisyah) yang membacanya, lalu menggunakan tangan beliau Saw. untuk mengusap dirinya dengan mengharapkan keberkahannya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah ibnu Yusuf dan Muslim, dari Yahya ibnu Yahyadan Abu Daud, dari Al-Qa'nabi dan Imam Nasai, dari Qutaibah dan dari hadis Ibnul Qasim serta Isa ibnu Yunus. Sedangkan Ibnu Majah meriwayatkannya dari hadis Ma'an dan Bisyr ibnu Uinar; kedelapannya bersumber dari Malik dengan sanad yang sama
Dalam pembahasan yang lalu dalam surat Nun telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Nadrah, dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah Saw. membaca penangkal dari penyakit 'ain yang ditimbulkan oleh jin dan manusia. Tetapi setelah diturunkan kedua surat Mu'awwizatain, maka beliau memegangnya dan meninggalkan selain keduanya. Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam ibnu Majah telah meriwayatkannya pula, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. 

Tafsir Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan latar belakang penurunannya. Ikrimah mengatakan bahwa ketika orang-orang Yahudi berkata, "Kami menyembah Uzair anak Allah." Dan orang-orang Nasrani mengatakan, "Kami menyembah Al-Masih putra Allah." Dan orang-orang Majusi mengatakan, "Kami menyembah matahari dan bulan." Dan orang-orang musyrik mengatakan.”Kami menyembah berhala." Maka Allah menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya:
{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}
Katakanlah.”Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Al-Ikhlas: 1)
Yakni Dialah Tuhan Yang Satu, Yang Esa, Yang tiada tandingan-Nya, tiada pembantu-Nya, tiada lawan-Nya, tiada yang serupa dengan-Nya, dan tiada yang setara dengan-Nya. Lafaz ini tidak boleh dikatakan secara i'sbat terhadap seseorang kecuali hanya Allah Swt. Karena Dia Mahasempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya.
Firman Allah Swt:
{اللَّهُ الصَّمَدُ}
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2)
Ikrimah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah yang bergantung kepada-Nya semua makhluk dalam kebutuhan dan sarana mereka. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Tuhan Yang Mahasempurna dalam perilaku-Nya, Mahamulia yang Mahasempurna dalam kemuliaan-Nya, Mahabesar yang Mahasempurna dalam kebesaran-Nya, Maha Penyantun yang Mahasempurna dalam sifat penyantun-Nya, Maha Mengetahui yang Mahasempurna dalam pengetahuan-Nya, dan Mahabijaksana yang Mahasempurna dalam kebijaksanaan-Nya. Dialah Allah Yang Mahasempurna dalam kemuliaan dan akhlak-Nya. Dan hanya Dialah Allah Swt. yang berhak memiliki sifat ini yang tidak layak bagi selain-Nya. Tiada yang dapat menyamai-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Esa lagi Mahamenang.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Syaqiq, dari Abu Wa'il sehubungan dengan makna firman-Nya: yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) Tuhan Yang akhlak-Nya tiada yang menandingi-Nya. Asim telah meriwayatkan hal yang semisal dari Abu Wa'il, dari Ibnu Mas'ud.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) Yakni As-Sayyid alias penguasa. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang Kekal sesudah makhluknya.
Al-Hasan telah mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-Ikhlas: 2) Artinya Yang Hidup, Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, Yang tiada kematian bagi-Nya.
Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-Ikhlas: 2) Yang tidak ada sesuatu pun keluar dari-Nya dan tidak makan. Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Seakan-akan pendapat ini menjadikan firman berikutnya merupakan tafsirnya, yaitu firman-Nya:
{لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ}
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. (Al-Ikhlas: 3)
Pendapat ini merupakan pendapat yang jayyid. Dalam hadis terdahulu telah disebutkan melalui riwayat Ibnu Jarir, dari Ubay ibnu Ka'b sebuah hadis mengenainya yang menerangkannya dengan jelas.
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Mujahid, Abdullah ibnu BuraidaJi dan Ikrimah juga, serta Sa'id ibnu Jubair, Ata ibnu Abu Rabah, Atiyyah Al-Aufi, Ad-Dahhak, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-Ikhlas: 2) Yakni tiada berongga.
Sufyan telah meriwayatkan dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) Maksudnya, yang padat dan tiada berongga. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang tidak makan dan tidak minum.
Abdullah ibnu Buraidah mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) Yaitu cahaya yang berkilauan. Semua pendapat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, Al-Baihaqi, dan At-Tabrani, demikian pula Abu Ja'far ibnu Jarir telah mengetengahkan sebagian besar darinya berikut sanad-sanadnya.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Abbas ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnu Rumi, dari Ubaidillah ibnu Sa'id penuntun Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Saleh ibnu Hayyan, dari Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia merasa yakin bahwa Buraidah telah me-rafa '-kan hadis berikut; ia mengatakan bahwa As-Samad artinya yang tiada berongga. Ini garib sekali, tetapi yang sahih hal ini mauquf hanya sampai pada Abdullah ibnu Buraidah.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani dalam kitab sunahnya mengatakan sesudah mengetengahkan banyak pendapat tentang tafsir As-Samad. Bahwa semuanya itu benartermasuk sifat Rabb kita; yaitu yang menjadi tempat bergantung bagi segala keperluan. Dia adalah menjadi tujuan semuanya. Dia tidak berongga, tidak makan, dan tidak minum. Dan Dia kekal sesudah semua makhluk fana. Hal yang semisal dikatakan oleh Baihaqi.
Firman Allah Swt.:
{لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ}
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 3-4)
Dia tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak mempunyai istri.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 4) Yakni tiada beristri; hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
بَدِيعُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ
Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri, Dia menciptakan segala sesuatu. (Al-An'am: 101)
Yaitu Dialah Yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semuanya itu. Allah Swt. telah berfirman:
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ وَلَداً لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئاً إِدًّا تَكادُ السَّماواتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمنِ وَلَداً وَما يَنْبَغِي لِلرَّحْمنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَداً إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمنِ عَبْداً لَقَدْ أَحْصاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَرْداً
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 88-95)
Dan firman Allah Swt.:
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ وَلَداً سُبْحانَهُ بَلْ عِبادٌ مُكْرَمُونَ لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Dan mereka berkata, " Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, " Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al-Anbiya: 26-27)
Dan firman Allah Swt.:
{وَجَعَلُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ}
Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. (Ash-Shaffat: 158-159)
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan:
«لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ»
Tiada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap perlakuan yang menyakitkan: sesungguhnya mereka menganggap Allah beranak, padahal Dialahy ang memberi mereka rezeki dan kesejahteraan.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعيدَني كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. Yang telah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Anak Adam telah mendustakan Aku — padahal Allah tidak pernah berdusta— dan anak Adam mencaci maki Aku —padahal tidak layak baginya mencaci maki Dia—. Adapun pendustaannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Dia tidak akan mengembalikanku hidup kembali. Sebagaimana Dia menciptakanku pada permulaan —padahal penciptaan pertama itu tidaklah lebih mudah bagi-Ku dari pada mengembalikannya—. Dan adapun caci makinya kepada-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Padahal Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada yang setara dengan-Ku.
Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang semisal; Imam Bukhari meriwayatkan keduanya secara munfarid melalui dua jalur tersebut.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-lkhlas, segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-Nya.

Latar Belakang Turunnya Surat dan Keutamaannya

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id alias Muhammad ibnu Maisar As-Saghani, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abu Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Nabi Saw.”Hai Muhammad, gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya."(Al-Ikhlas: 1-4)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir, dari Ahmad ibnu Mani' —Ibnu Jarir menambahkan— dan Mahmud ibnu Khaddasy, dari Abu Sa'id Muhammad ibnu Maisar dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir dan Imam Turmuzi menambahkan bahwa as-samad artinya Tuhan Yang tidak beranak dan tidak diperanakan. Karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang diperanakan melainkan dia pasti mati, dan tiada sesuatu pun yang mati melainkan akan diwaris, dan sesungguhnya Allah Swt. tidak mati dan tidak pula diwaris. dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-lkhlas: 4) Tiada yang serupa dengan Dia, tiada yang sebanding dengan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang semisal dengan Dia.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Abu Sa'id alias Muhammad ibnu Maisar dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abu ibnu Humaid, dari Ubaidillah ibnu Musa, dari Abu Ja'far, dari Ar-Rabi', dari Abul Aliyah, lalu disebutkan hal yang sama secara mursal dan tidak disebutkan dengan kata 'telah menceritakan kepada kami'. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini lebih sahih sanadnya ketimbang hadis Abu Sa'id.
Hadis lain yang semakna. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sarij ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Mujalid, dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir r.a., bahwa pernah ada seorang Badui datang kepada Nabi Saw. lalu bertanya, "Gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu." Maka turunlah firman Allah Swt.: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Esa.”(Al-lkhlas: 1), hingga akhir surat.
Sanad hadis ini mutaqarib (berdekatan). Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Auf, dari Suraij, lalu disebutkan hal yang semisal, dan hadis ini diriwayatkan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf secara mursal.
Ubaid ibnu Ishaq Al-Attar telah meriwayatkan dari Qais ibnur Rabi'. dari Abu Asim, dari Abu Wa-il, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Rasulullah Saw., "Gambarkanlah keadaan Tuhanmu kepada kami." Maka turunlah surat ini yang diawali dengan firman-Nya: Katakanlah, "Dialah Allah Yang MahaEsa.” (Al-lkhlas: 1)
Imam Tabrani mengatakan bahwa Al-Faryabi dan lain-lainnya telah meriwayatkannya dari Qais, dari Abu Asim, dari Abu Wa-il secara mursal.
Kemudian Imam Tabrani meriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Usman At-Tara-ifi, dari Al-Wazi' ibnu Mani', dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«لِكُلِّ شَيْءٍ نِسْبَةٌ وَنِسْبَةُ اللَّهِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ وَالصَّمَدُ لَيْسَ بِأَجْوَفَ»
Segala sesuatu mempunyai predikat dan predikat Allah ialah, "Katakanlah, 'Dialah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bersifat As-Samad. As-Samad artinya tidak berongga'.”
Hadis lain tentang keutamaannya.
Imam Bukhari mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad Az-Zuhali, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr, dari Ibnu Abu Hilal, bahwa Abur Rijal alias Muhammad ibnu Abdur Rahman pernah menceritakan kepadanya dari ibunya (yaitu Amrah binti Abdur Rahman) yang dahulunya berada di dalam asuhan Siti Aisyah r.a. istri Nabi Saw., dari Aisyah r.a., bahwa Nabi Saw. mengangkat seorang lelaki sebagai pemimpin suatu pasukan khusus untuk suatu tugas. Dan lelaki itu menjadi imam salat dari para sahabatnya dan ia selalu mengakhiri bacaan salatnya dengan surat Al-Ikhlas. Setelah pasukan khusus itu pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Nabi Saw., maka Nabi Saw. bersabda, "Tanyakanlah kepadanya, mengapa dia melakukan hal itu," lalu mereka bertanya kepadanya, dan ia menjawab, "Karena di dalamnya disebutkan sifat Tuhan Yang Maha Pemurah, dan aku suka membacakannya dalam salatku." Setelah hal itu disampaikan kepada Nabi Saw., maka beliau Saw.bersabda:
«أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّهُ»
Sampaikanlah kepadanya, bahwa Allah menyukainya.
Demikianlah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab tauhidnya. Dan di antara mereka ada yang menggugurkan penyebutan Muhammad Az-Zuhali dan menjadikannya melalui riwayat Ahmad ibnu Saleh. Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Nasai melalui Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Sa'id ibnu Abu Hilal dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Bukhari mengatakan di dalam kitab salat-nya, bahwa Ubaidillah telah meriwayatkan dari Sabit, dari Anas r.a. yang telah mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki menjadi imam suatu jamaah di Masjid Quba, manakala dia telah membaca Al-Qur'an yang mengawali salatnya, lalu ia mengiringinya dengan bacaan surat Al-lkhlas, setelah itu ia membaca surat yang lainnya. Hal ini ia lakukan pada tiap rakaat. Maka para sahabatnya (teman-temannya) berbicara kepadanya, "Sesungguhnya engkau telah membaca surat ini, tetapi kelihatannya engkau merasa tidak cukup dengannya, lalu engkau baca surat lainnya. Maka adakalanya engkau baca surat ini saja, atau engkau tinggalkan surat ini dan membaca surat lainnya tanpanya."
Lelaki itu menjawab, "Aku tidak akan meninggalkannya (surat Al-lkhlas), jika engkau mau menjadikan diriku imam kalian, maka aku akan tetap melakukannya. Dan jika kalian tidak suka, maka aku tidak mau menjadi imam kalian." Sedangkan mereka memandang lelaki ini sebagai orang yang paling diutamakan oleh mereka, dan mereka tidak suka bila diimami oleh selainnya.
Ketika Nabi Saw. datang berkunjung kepada mereka, maka mereka menceritakan kepada beliau berita tersebut, lalu beliau Saw. bertanya, "Hai Fulan, apakah yang mencegahmu hingga tidak mau melakukan apa yang diminta oleh teman-temanmu, dan mengapa engkau selalu menetapi surat ini dalam tiap rakaatmu?" Lelaki itu menjawab, "Aku menyukainya." MakaNabi Saw. bersabda:
«حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ»
Kecintaanmu kepada surat (Al-lkhlas) ini dapat memasukkanmu ke dalam surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta'liq dengan tegas dan sanad yang sama. Abu Isa At-Turmuzi di dalam kitab Jami'nya telah meriwayatkan hadis ini dari Al-Bukhari, dari Ismail ibnu Abu Uwais, dari Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, dari Ubaidillah ibnu Umar, lalu disebutkan hal yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa riwayat melalui Ubaidillah, dari Sabit berpredikat garib.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa Mubarak ibnu Fudalah telah meriwayatkan dari Sabit, dari Anas, bahwa pernah ada seorang lelaki berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyukai surat Qul Huwallahu Ahad (surat) Al-Ikhlas." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Kesukaanmu kepadanya dapat memasukkanmu ke dalam surga.
Hadis yang diriwayatkan secara ta'liq oleh Imam Turmuzi ini telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya secara muttasil; untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Mubarak ibnu Fudalah, dari Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Sesungguhnya aku menyukai surat Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas)." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Kesukaanmu kepadanya dapat memasukkanmu ke dalam surga.
Hadis yang menyatakan bahwa surat Al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Sa'sa'ah, dari ayahnya, dari Abu Sa'id, bahwa pernah ada seorang lelaki mendengar lelaki lainnya membaca firman-Nya: Katakanlah, "Dialah Allah YangMahaesa.”(Al-Ikhlas: 1), hingga akhir surat.
Surat ini dibacanya berulang-ulang (dalam salat sunatnya). Dan pada pagi harinya lelaki yang mendengar itu datang kepada Nabi Saw., lalu menceritakan hal tersebut kepada beliau seakan-akan ia menilainya terlalu sedikit apa yang dibaca lelaki tersebut. MakaNabi Saw. bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لِتَعْدِلُ ثُلْثَ الْقُرْآنِ»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya surat Al-lkhlas itu benar-benar sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
Ismail ibnu Ja'far menambahkan dari Malik, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah, dari ayahnya, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku saudaraku Qatadah ibnun Nu'mah, dari Nabi Saw. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula dari Abdullah ibnu Yusuf dan Al-Qa'nabi. Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Al-Qa'nabi, dan Imam Nasai dari Qutaibah; seluruhnya dari Malik dengan sanad yang sama. Hadis Qatadah ibnun Nu'man di-musnad-kan oleh Imam Nasai melalui dua jalur, yaitu dari Ismail ibnu Ja'far, dari Malik, dari Qatadah ibnun Nu'man.
Hadis lain. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Ibrahim dan Ad-Dahhak Al-Masyriqi, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Apakah tidak mampu seseorang dari kamu membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?" Hal itu terasa berat oleh mereka, lalu mereka berkata, "Siapakah di antara kami yang mampu melakukannya, wahai Rasulullah?" Maka Rasulullah Saw. bersabda:
«اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلْثُ الْقُرْآنِ»
Allahul Wahidus Samad (surat Al-lkhlas) adalah sepertiga Al-Qur’an.
Imam Bukhari meriwayatkannya secara munfarid melalui Ibrahim ibnu Zaid An-Nakha'i dan Ad-Dahhak ibnu Syurahbil Al-Hamdani Al-Masyriqi, keduanya dari Abu Sa'id. Al-Fariri mengatakan, ia pernah mendengar Abu Ja'far Muhammad ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Abu Abdullah Al-Bukhari telah meriwayatkan Ibrahim secara mursal, dan dari Ad-Dahhak secara musnad.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq. telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-Haris ibnu Yazid. dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa Qatadah ibnun Nu'man semalaman membaca surat Al-Ikhlas, lalu diceritakan hal itu kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنها لَتَعْدِلُ نِصْفَ الْقُرْآنِ- أَوْ ثُلْثَهُ-»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya surat Al-Ikhlas benar-benar sebanding dengan separo atau sepertiga Al-Qur’an.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Huyay ibnu Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Abu Ayyub Al-Ansari dalam suatu majelis mengatakan, "Tidakkah mampu seseorang dari kamu salat dengan mem¬baca sepertiga Al-Qur'an setiap malamnya?" Mereka berkata, "Apakah ada seseorang yang mampu melakukannya?" Abu Ayyub menjawab, bahwa Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas) adalah sepertiga Al-Qur'an. Maka datanglah Nabi Saw. yang saat itu telah mendengar apa yang diucapkan Abu Ayyub, lalu beliau Saw. menegaskan, "Abu Ayyub benar."
Hadis lain. Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Kaisan, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Berkumpullah kamu sekalian, karena sesungguhnya aku akan membacakan kepadamu sepertiga Al-Qur'an." Maka berkumpullah orang-orang yang ada, lalu Nabi Saw. keluar (muncul) dari rumahnya dan membaca Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas), setelah itu masuk ke rumah.
Maka sebagian dari kami berkata kepada sebagian yang Lain, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda, "Sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian sepertiga Al-Qur'an," sesungguhnya aku merasa yakin bahwa berita ini datang dari langit. Kemudian Nabi Saw. muncul lagi dan bersabda:
«إِنِّي قُلْتُ سَأَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلْثَ الْقُرْآنِ أَلَا وَإِنَّهَا تَعْدِلُ ثُلْثَ الْقُرْآنِ»
Sesungguhnya aku telah mengatakan bahwa aku akan membacakan kepadamu sepertiga Al-Qur’an. Ingatlah, sesungguhnya surat Al-lkhlas itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
Imam Muslim telah meriwayatkan hal yang sama di dalam kitab sahihnya melalui Muhammad ibnu Basysyar dengan sanad yang sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih garib; nama Abu Hazim adalah Salman.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Zaidah ibnu Qudamah, dari Mansur, dari Hilal ibnu Yusaf, dari Ar-Rabi' ibnu Khaisam, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari seorang wanita kalangan Ansar dari Abu Ayyub, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
 «أَيَعْجَزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلْثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ؟ فَإِنَّهُ مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ فِي لَيْلَةٍ فَقَدْ قَرَأَ لَيْلَتَئِذٍ ثُلْثَ الْقُرْآنِ»
Apakah tidak mampu seseorang dari kamu membaca sepertiga Al-Qur’an dalam semalam? Karena sesungguhnya barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad Allahus Samad (surat Al-lkhlas) dalam semalam, berarti sama saja dia dengan membaca sepertiga Al-Qur’an di malam itu.
Hadis ini termasuk yang bersanad sembilan bagi Imam Ahmad. Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Basysyar Bandar menambahkan, Imam Turmuzi dan Qutaibah, keduanya dari Abdur Rahman ibnu Mahdi dengan sanad yang sama, sehingga dengan adanya sanad ini hadis menjadi bersanad sepuluh. Menurut riwayat lain, Imam Turmuzi melalui istri Abu Ayyub, dari Abu Ayyub disebutkan hal yang semisal, dan Imam Turmuzi menilainya hasan. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa dalam bab yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Darda, Abu Sa'id, Qatadah ibnun Nu'man, Abu Hurairah, Anas, Ibnu Umar, dan Abu Mas'ud. Hadis ini hasan dan kami tidak mengetahui ada seseorang yang meriwayatkan hadis ini dengan predikat yang lebih baik dari riwayat Zaidah, dan Imam Turmuzi dalam riwayatnya mengikutkan Israil dan Al-Fudail ibnu Iyad. Syu'bah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang saja dari kalangan orang-orang yang berpredikat 'siqah telah meriwayatkan hadis ini dari Mansur, tetapi mereka mengalami idtirab padanya.
Hadis lain.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، عَنْ حُصَين، عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَاف، عَنْ عَبْدِ الرحمن ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ -أَوْ: رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ بِ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " فَكَأَنَّمَا قَرَأَ بِثُلْثِ الْقُرْآنِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Husain, dari Hilal ibnu Yusaf, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa pernah ada seorang lelaki dari kalangan Ansar mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barangsiapa yangmembaca Qul Huwallahu Ahad(surat Al-Ikhlas), maka seakan-akan dia membaca sepertiga Al-Qur’an.
Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui hadis Hasyim, dari Husain, dari Ibnu Abu Laila dengan sanad yang sama; tetapi di dalam riwayatnya tidak disebutkan Hilal ibnu Yusaf.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكيع، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي قَيْسٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: " " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " تعدُل ثلث الْقُرْآنِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waqi', dari Sufyan, dari Abu Qais, dari Amr ibnu Maimun, dari Abu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Qul Huwallahu Ahad sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
Ibnu Majah telah meriwayatkan hal yang sama dari Ali ibnu Muhammad Attanafisi, dari Waqi' dengan sanad yang sama. Dan Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui jalur lain dari Amr ibnu Maimun sacara marfu' dan mauquf.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا بُكَير بْنُ أَبِي السَّميط حَدَّثَنَا قَتَادَةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ مَعْدَان بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أيعجزُ أحدُكم أَنْ يَقرأ كُلَّ يَوْمٍ ثُلْثَ الْقُرْآنِ؟ ". قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَحْنُ أضعفُ مِنْ ذَلِكَ وَأَعْجَزُ. قَالَ: "فَإِنَّ اللَّهَ جَزأ الْقُرْآنَ ثَلَاثَةَ أَجْزَاءٍ، فَ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " ثُلْثُ الْقُرْآنِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Abus Samit, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari Ma'dan ibnu Abu Talhah, dari Abud Darda r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Apakah tidak mampu seseorang dari kamu membaca sepertiga Al-Qur’an setiap harinya?” Mereka menjawab, "Benar, wahai Rasulullah, kami adalah orang yang lemah dan tidak mampu melakukan hal itu.” Rasulullah Saw. bersabda, "Maka sesungguhnya Allah membagi-bagi Al-Qur’an menjadi tiga bagian; Qul Huwallahu Ahad (surat Al-lkhlas) adalah sepertiga Al-Qur’an.”
Imam Muslim dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Qatadah dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُسْلِمٍ -ابْنِ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ -عَنْ عَمِّهِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيد بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ -هُوَ ابْنُ عَوْفٍ-عَنْ أُمِّهِ -وَهِيَ: أُمِّ كُلْثُومِ بِنْتِ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيط -قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " تَعدلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umayyah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Muslim keponakan Ibnu Syihab, dari pamannya (yaitu Az-Zuhri), dari Humaid ibnu Abdur Rahman ibnu Auf, dari ibunya (yaitu Ummu Kalsum binti Uqbah ibnu Abu Mu'it yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Qul Huwallahu Ahad sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah, dari Amr ibnu Ali, dari Umayyah ibnu Khalid dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Nasai meriwayatkannya melalui Jalur Malik, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman dan dikatakan sebagai perkataannya.
Imam Nasai telah meriwayatkannya pula di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq dari Al-Haris ibnul Fudail Al-Ansari, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, bahwa pernah ada segolongan orang dari sahabat Nabi Saw. menceritakan kepadanya dari nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
" قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " تَعدلُ ثُلُثَ القرآن لِمَنْ صَلَّى بِهَا"
Qul Huwallahu Ahad sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an bagi orang yang membacanya dalam salatnya.
Hadis lain yang menyatakan bahwa membacanya dapat mewajibkan pelakunya masuk surga.
قَالَ الْإِمَامُ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عُبيد بْنِ حُنَين قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: أَقْبَلْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَجَبَتْ". قُلْتُ: وَمَا وَجَبت؟ قَالَ: "الْجَنَّةُ".
Imam Malik ibnu Anas telah meriwayatkan dari Ubaidillah ibnu Abdur Rahman, dari Ubaid ibnu Hunain yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan bahwa ia datang bersama Nabi Saw., lalu mendengar seorang lelaki membaca Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas dalam salatnya). Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Telah pasti baginya.” Aku bertanya, "Apanya yang telah pasti?” Rasulullah Saw. menjawab, "Surga.”
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Malik. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih garib, kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadis Malik. Dalam hadis yang terdahulu telah disebutkan:
"حُبّك إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ".
Kecintaanmu kepadanya (surat Al-lkhlas) dapat memasukkanmu ke dalam surga.
Hadis yang menyatakan membaca surat Al-lkhlas berulang-ulang.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ: حَدَّثَنَا قَطن بن نُسير، حدثنا عيسى ابن مَيْمُونٍ الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ الرَّقَاشِيُّ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَمَا يَسْتَطِيعُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فِي لَيْلَةٍ فَإِنَّهَا تعدلُ ثُلْثَ الْقُرْآنِ؟ "
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qatr ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Maimun Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidakkah mampu seseorang dari kamu membaca Qul Huwallahu Ahad sebanyak tiga kali dalam semalam, karena sesungguhnya ia sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
Sanad hadis ini daif, tetapi lebih baik daripada sebelumnya.
Hadis lain.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ المُقَدمي، حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ، حدثنا ابن أبي ذئب، عن أسيدُ ابن أَبِي أَسِيدٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبيب، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَصَابَنَا طَش وَظُلْمَةٌ، فَانْتَظَرْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا، فَخَرَجَ فَأَخَذَ بِيَدِي، فَقَالَ: "قُلْ". فَسَكَتُّ. قَالَ: "قُلْ". قُلْتُ: مَا أَقُولُ؟ قَالَ: " " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثًا، تَكْفِكَ كُلَّ يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ".
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar Al-Maqdami, telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi'b, dari Usaid ibnu Abu Usaid, dari Mu'az ibnu Abdullah ibnu Habib, dari ayahnya yang mengatakan bahwa kami kehausan dan kegelapan di saat kami menunggu Rasulullah Saw. untuk salat bersama kami. Tidak lama kemudian Rasulullah Saw. keluar, lalu memegang tanganku dan berkata, "Katakanlah!" Lalu beliau diam, dan bersabda lagi, "Katakanlah!" Aku bertanya, "Apa yang harus kukatakan?" Rasulullah Saw. bersabda: Bacalah Qul Hnwallahu Ahad dan Mu'awwizatain saat engkau berada di petang hari dan pagi hari sebanyak tiga kali; itu sudah cukup bagimu sebanyak dua kali setiap harinya.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Abu Zi-b dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih garib bila ditinjau dari segi jalurnya.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui jalur lain dari Mu'az ibnu Abdullah ibnu Habib, dari ayahnya, dari Uqbah ibnu Amir, lalu disebutkan hal yang semisal dengan lafaz:
"يَكْفِكَ كُلَّ شَيْءٍ"
Itu dapat menghindarkanmu dari segala sesuatu (yang tidak diinginkan).
Hadis lain masih berkisar tentangnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي الْخَلِيلُ بْنُ مُرَّةَ، عَنِ الْأَزْهَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاحِدًا أَحَدًا صَمَدًا، لَمْ يَتَّخِذْ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا، ولم يكن له كفوا أحدا، عَشْرَ مَرَّاتٍ، كُتِب لَهُ أَرْبَعُونَ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Lais ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku Al-Khalil ibnu Murrah, dari Al-Azhar ibnu Abdullah, dari Tamim Ad-Dari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beristri, tidak beranak, dan tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya " sebanyak sepuluh kali, maka Allah mencatatkan baginya empat puluh juta kebaikan.
Imam Ahmad dan Al-Khalil ibnu Murrah meriwayatkannya secara munfarid, tetapi Imam Bukhari dan lain-lainnya menilainya daif sekali.
Hadis lain.
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حدثنا زَبَّان بن فَائِدٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ قَرَأَ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " حَتَّى يَخْتِمَهَا، عَشْرَ مَرَّاتٍ، بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ". فَقَالَ عُمَرُ: إِذَنْ نَسْتَكْثِرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ أَكْثَرُ وَأَطْيَبُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Zaban ibnu Fa-id, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas Al-Juhani, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad sampai akhir surat sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah gedung di dalam surga. Maka Umar berkata, "Kalau begitu, kami akan memperbanyak bacaannya, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda: (Pemberian) Allah jauh lebih banyak dan jauh lebih baik.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid.
وَرَوَاهُ أَبُو مُحَمَّدٍ الدَّارِمِيُّ فِي مُسْنَدِهِ فَقَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ، حَدَّثَنَا أَبُو عُقَيْلٍ زَهْرَةُ بْنُ مَعْبَدٍ-قَالَ الدَّارِمَيُّ: وَكَانَ مِنَ الْأَبْدَالِ -أَنَّهُ سَمِعَ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ قَرَأَ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " عَشْرَ مَرَّاتٍ، بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَرَأَهَا عِشْرِينَ مَرَّةً بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرَيْنِ فِي الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَرَأَهَا ثَلَاثِينَ مَرَّةً بَنَى اللَّهُ لَهُ ثَلَاثَةَ قُصُورٍ فِي الْجَنَّةِ". فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: إِذَا لِتُكْثُرْ قُصُورُنَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ أَوْسَعُ مِنْ ذَلِكَ"
Imam Abu Muhammad Ad-Darimi meriwayatkannya di dalam kitab musnadnya; untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Abu Aqil ibnu Ma'bad yang menurut Imam Ad-Darimi ia adalah seorang Wali Abdal, bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Allah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah gedung di dalam surga. Dan barang siapa yang membacanya sebanyak dua puluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya dua buah gedung di dalam surga. Dan barang siapa yang membacanya sebanyak tigapuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya tiga buah gedung di dalam surga. Maka Umar ibnul Khattab berkata, "Kalau begitu, kami akan memperbanyak." Rasulullah Saw. bersabda: (Pemberian) Allah jauh lebih lapang daripada itu.
Hadis ini mursal predikatnya jayyid (baik).
Hadis lain.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنِي نُوحُ بْنُ قَيْسٍ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدٌ الْعَطَّارُ، أَخْبَرَتْنِي أُمُّ كَثِيرٍ الْأَنْصَارِيَّةُ، عَنْ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ قَرَأَ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " خَمْسِينَ مَرَّةً غُفرت لَهُ. ذُنُوبُ خَمْسِينَ سَنَةً"
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepadaku Nuh ibnu Qais, telah menceritakan kepadaku Muhammad Al-Attar, telah menceritakan kepadaku Ummu Kasir Al-Ansariyah, dari Anas ibnu Malik, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:  Barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad sebanyak lima puluh kali, Allah memberikan ampunan baginya dosa-dosa selama lima puluh tahun.
Sanad hadis berpredikat daif.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ فِي يَوْمٍ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " مِائَتَيْ مَرَّةٍ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفًا وَخَمْسَمِائَةِ حَسَنَةٍ إِلَّا أَنْ يَكُونَ عَلَيْهِ دَيْنٌ"
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi', telah menceritakan kepada kami Hatim ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad dalam sehari sebanyak dua ratus kali, maka Allah mencatatkan baginya seribu lima ratus kebaikan, terkecuali jika ia mempunyai suatu utang.
Sanad hadis ini daif; Hatim ibnu Maimun dinilai daif oleh Imam Bukhari dan lain-lainnya. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Marzuq Al-Basri, dari Hatim ibnu Maimun dengan sanad yang sama dan lafaz seperti berikut:
"مَنْ قَرَأَ كُلَّ يَوْمٍ، مِائَتَيْ مَرَّةٍ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " مُحِيَ عَنْهُ ذُنُوبُ خَمْسِينَ سَنَةً، إِلَّا أَنْ يَكُونَ عَلَيْهِ دَين".
Barang siapa setiap harinya membaca Qul Huwallahu Ahad sebanyak dua ratus kali, maka dihapuskan baginya dosa-dosa lima puluh tahun, terkecuali jika ia mempunyai hutang.
Imam Turmuzi meriwayatkan dengan sanad yang sama sampai kepada Nabi Saw. yang telah bersabda:
"مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنَامَ عَلَى فِرَاشِهِ، فَنَامَ عَلَى يَمِينِهِ، ثُمَّ قَرَأَ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " مِائَةَ مَرَّةٍ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يَقُولُ لَهُ الرَّبُّ، عَزَّ وَجَلَّ: يَا عَبْدِي، ادخُل عَلَى يَمِينِكَ الْجَنَّةَ"
Barang siapa yang hendak tidur di atas peraduannya, lalu ia merebahkan dirinya pada lambung kanannya dan membaca Qul Huwallahu Ahad sebanyak seratus kali, maka kelak di hari kiamat Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia akan berfirman kepadanya, "Hai hamba-Ku, masuklah kamu ke surga di sebelah kananmu.”
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan, garib bila melalui hadis Sabit. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain darinya.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا حَبّان بْنُ أَغْلَبَ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "من قَرَأَ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " مِائَتَيْ مَرَّةٍ، حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ ذُنُوبَ مِائَتَيْ سَنَةٍ"
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Hibban ibnu Aglab, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca Qul Huwalldhu Ahad sebanyak dua ratus kali, Allah menghapuskan darinya dosa-dosa selama dua ratus tahun.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengetahui ada yang meriwayatkannya dari Sabit kecuali Al-Hasan ibnu Abu Ja'far dan Al-Aglab ibnu Tamim, keduanya saling berdekatan atau sekelas dalam hal buruknya hafalan keduanya. „
Hadis lain berkenaan dengan doa yang mengandung asma-asma Allah.
قَالَ النَّسَائِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِهَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي مَالِكُ بْنُ مِغْول، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَجُلٌ يُصَلِّي، يَدْعُو يَقُولُ: اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، الْأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ سَأَلَهُ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمَ، الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ"
Imam Nasai telah mengatakan di dalam tafsir surat ini bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Khalid, telah menceritakan-kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Malik ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa ia masuk ke dalam masjid bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba beliau menjumpai seorang lelaki sedang berdoa dalam salatnya seraya mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau demi kesaksianku yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau Yang Maha Esa, bergantung kepada Engkau segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tiada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya dia telah memohon kepada-Nya dengan menyebut asma-Nya yang terbesar, yang apabila dimintakan dengannya pasti  diberi dan apabila didoakan dengannya pasti diperkenankan.
As-habbus Sunan yang lainnya telah mengetengahkannya melalui berbagai jalur dari Malik ibnu Magul, dari Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Hadis lain, berkenaan dengan bacaannya sebanyak sepuluh kali sesudah salat fardu,
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى [الْمُوصِلِيُّ]: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ نَبْهَانَ عَنْ أَبِي شَدَّادٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثَلَاثٌ مَنْ جَاءَ بِهِنّ مَعَ الْإِيمَانِ دَخَل مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَ، وزُوّج مِنَ الْحَوَرِ الْعِينِ حَيْثُ شَاءَ: مَنْ عَفَا عَنْ قَاتِلِهِ، وَأَدَّى دَيْنًا خَفِيًّا، وَقَرَأَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ عَشْرَ مَرَّاتٍ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ". قَالَ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَوْ إِحْدَاهُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أَوْ إِحْدَاهُنَّ"
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Mansur, dari Umar ibnu Syaiban, dari Abu Syaddad, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ada tiga perkara yang barang siapa mengerjakannya dengan iman, niscaya ia dapat masuk surga dari pintu manapun yang disukainya, dan dinikahkan dengan bidadari sesukanya. Yaitu orang yang memaaf terhadap pembunuhnya; dan membayar utangnya dengan sembunyi-sembunyi; dan membaca sepuluh kali Qul Huwallahu Ahad seusai tiap salat fardunya. Maka Abu Bakar bertanya, "Bagaimanakah dengan orang yang hanya melakukan salah satunya saja wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Berlaku pula bagi orang yang melakukan salah satu (dari ketiga)nya."
Hadis lain mengenai membacanya di saat hendak memasuki rumah.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَكْرٍ السَّرَّاجُ الْعَسْكَرِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفَرَجِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ، عَنْ مَرْوَانَ بْنِ سَالِمٍ، عَنْ أَبِي زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " حِينَ يَدْخُلُ مَنْزِلَهُ، نَفَتِ الْفَقْرَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْمَنْزِلِ وَالْجِيرَانِ"
Al-Hafiz Abu Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bakar As-Sarraj Al-Askari telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Faraj, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuzZabarqan, dari Marwan ibnu Salim, dari Abu Zar'ah, dari Amr ibnu Jarir, dari Jarir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad saat hendak memasuki rumahnya, maka dijauhkanlah kefakiran dari penduduk rumah itu dan juga para tetangganya.
Sanad hadis berpredikat daif.
Hadis yang menceritakan tentang memperbanyak bacaan surat Al-Ikhlas dalam semua keadaan.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الْمُسَيَّبِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ مُحَمَّدٍ الثَّقَفِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِتَبُوكَ، فَطَلَعَتِ الشَّمْسُ بِضِيَاءٍ وَشُعَاعٍ وَنُورٍ لَمْ نرها طلعت فيما مضى بِمِثْلِهِ، فَأَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا جِبْرِيلُ، مَا لِي أَرَى الشَّمْسَ طَلَعَتِ الْيَوْمَ بِضِيَاءٍ وَنُورٍ وَشُعَاعٍ لَمْ أَرَهَا طَلَعَتْ بِمِثْلِهِ فِيمَا مَضَى؟ ". قَالَ: إِنَّ ذَلِكَ مُعَاوِيَةُ بْنُ مُعَاوِيَةَ اللَّيْثِيُّ، مَاتَ بِالْمَدِينَةِ الْيَوْمَ، فَبَعَثَ اللَّهُ إِلَيْهِ سَبْعِينَ أَلْفَ مَلَكٍ يُصَلُّونَ عَلَيْهِ. قَالَ: "وَفِيمَ ذَلِكَ؟ " قَالَ: كَانَ يُكْثِرُ قِرَاءَةَ: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " فِي اللَّيْلِ وَفِي النَّهَارِ، وَفِي مَمْشَاهُ وَقِيَامِهِ وَقُعُودِهِ، فَهَلْ لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ أَقْبِضَ لَكَ الْأَرْضَ فَتُصَلِّيَ عَلَيْهِ؟ قَالَ: "نَعَمْ". فَصَلَّى عَلَيْهِ.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq Al-Musayyabi, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, dari Al-Ala ibnu Muhammad As-Saqafi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan bahwa ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw. di medan Tabuk, maka terbitlah matahari dengan sinar dan cahayanya yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Lalu datanglah Malaikat Jibril kepadaNabi Saw. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, mengapa kulihat matahari hari ini terbit dengan sinar dan cahaya yang belum pernah kulihat sebelumnya seperti itu. Jibril menjawab, bahwa sesungguhnya hal itu disebabkan Mu'awiyah ibnu Mu'awiyah Al-Laisi, dia telah meninggal dunia pada hari ini di Madinah, maka Allah mengirimkan kepadanya tujuh puluh ribu malaikat untuk menyalatkannya." Rasulullah Saw. bertanya, "Mengapademikian?" Jibril menjawab, bahwa dia adalah orang yang banyak membaca Qul Huwallahu Ahad di malam dan siang harinya, dan saat ia berdiri, berjalan, dan duduknya. Maka maukah engkau, ya Rasulullah; aku akan mengambil segenggam tanah kuburnya, lalu engkau menyalatkannya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya," maka Rasulullah Saw. menyalatkannya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitab Dala'ilun Nubuwah-nya. melalui jalur Yazid ibnu Harun, dari Al-Ala ibnu Muhammad, tetapi ia orang yang dicurigai sebagai pemalsu hadis; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain.
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu ibrahim Asy-Syami alias Abu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnul Haisam (muazzin masjid Basrah yang ada padaku), dari Mahmud alias Abu Abdullah, dari Ata ibnu Abu Maimunah, dari Anas yang mengatakan bahwa Jibril turun menemui Nabi Saw., lalu berkata, "Telah meninggal dunia Mu'awiyah ibnu Mu'awiyah Al-Laisi, apakah engkau ingin menyalatkan jenazahnya?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Maka Jibril memukulkan sayapnya ke bumi, maka tiada suatu pohon pun dan tiada pula suatu dataran tinggi pun melainkan merendah, maka Jibril mengangkat dipan Nabi Saw. Sehingga Nabi Saw. dapat melihat jenazah Mu'awiyah Al-Laisi, lalu beliau bertakbir menyalatkannya, sedangkan di belakang beliau terdapat dua saf dari para malaikat, yang setiap safnya terdiri dari tujuh puluh ribu malaikat. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, karena apakah dia mendapat kedudukan yang tinggi seperti ini dari Allah Swt.?" Jibril menjawab, "Ini berkat kecintaannya kepada Qul Huwallahu Ahad yang selalu dibacanya saat datang dan perginya, saat berdiri dan duduknya, dan dalam semua keadaannya."
Imam Baihaqi telah meriwayatkannya melalui riwayat Usman ibnul Haisam (juru azan), dari Mahbub ibnu Hilal, dari Ata ibnu Abu Maimunah, dari Anas, lalu disebutkan hal yang semisal; dan inilah sanad yang benar. Sedangkan Mahbub ibnu Hilal menurut Abu Hatim Ar-Razi orangnya tidak terkenal. Dan hadis ini telah diriwayatkan pula melalui berbagai jalur yang lain, yang sengaja tidak kami utarakan untuk mempersingkat, tetapi semuanya berpredikat daif.
Hadis lain mengenai keutamaan surat Al-Ikhlas dan surat Mu'awwizatain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ رِفَاعَةَ، حَدَّثَنِي عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَابْتَدَأْتُهُ فأخذتُ بِيَدِهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بِمَ نَجَاةُ الْمُؤْمِنِ؟ قَالَ: "يَا عُقْبَةُ، احْرُسْ لِسَانَكَ وَلِيَسَعْكَ بيتُك، وابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ". قَالَ: ثُمَّ لَقِيَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَابْتَدَأَنِي فَأَخَذَ بِيَدِي، فَقَالَ: "يَا عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ، أَلَّا أَعُلِّمُكَ خَيْرَ ثَلَاثِ سُوَر أُنْزِلَتْ فِي التوراة، والإنجيل، وَالزَّبُورِ، وَالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ؟ ". قَالَ: قُلْتُ: بَلَى، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ. قَالَ: فَأَقْرَأَنِي: " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " وَ " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ " وَ " قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ " ثُمَّ قَالَ: "يَا عُقْبَةُ، لَا تَنْسَهُن وَلَا تُبتْ لَيْلَةً حَتَّى تَقْرَأَهُنَّ". قَالَ: فَمَا نَسِيتُهُنَّ مُنْذُ قَالَ: "لَا تَنْسَهُنَّ"، وَمَا بِتُّ لَيْلَةً قَطُّ حَتَّى أَقْرَأَهُنَّ. قَالَ عُقْبَةُ، ثُمَّ لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَابْتَدَأْتُهُ، فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبَرْنِي بِفَوَاضِلِ الْأَعْمَالِ. فَقَالَ: "يَا عُقْبَةُ، صِلْ مَنْ قَطَعَكَ، وأعْطِ مَنْ حَرَمَك، وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Rifa'ah, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa ia bersua dengan Rasulullah Saw., lain ia memulai salam kepada beliau dan memegang tangannya, kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan apakah yang dapat menyelamatkan orang mukmin?" Rasulullah Saw. menjawab: "Hai Uqdah, jagalah lisanmu, jadikanlah rumahmu seakan-akan hias buat dirimu, dan menangislah atus kekeliruanmu. Uqbah ibnu Amir melanjutkan, bahwa lalu ia bersua lagi dengan Rasulullah Saw. di lain waktu. Maka belilaulah yang memulai salam kepadanya, lalu beliau memegang tangannya dan bersabda: "Hai Uqbah, maukah aku ajarkan kepadamu sebaik-baik tiga surat yang diturunkan di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’anul Azim?” Aku menjawab, "Tentu saja mau, semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” Maka Rasulullah Saw. membacakan kepadaku Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas), Qul Auzu Birabbil Falaq, dan Qul Auzu Birabbin Nas (surat Al-Falaq dan surat An-Nas). Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Hai Uqbah, jangan engkau lupakan ketiga surat ini dan janganlah kamu tidur di malam hari sebelum membacanya. Uqbah mengatakan bahwa setelah itu ia tidak pernah melupakan ketiga surat tersebut sejak Nabi Saw. mengatakan, "Janganlah kamu melupakannya." Dan ia tidak pernah pula tidur di malam hari melainkan membaca ketiga surat itu. Uqbah melanjutkan, bahwa lalu ia bersua lagi dengan Rasulullah Saw., maka ia memulai membaca salam dan memegang tangannya lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang amal-amal yang paling utama." Rasulullah Saw. menjawab: Hai Uqbah, bersilaturahmilah dengan orang yang memutuskannya darimu, dan berilah orang yang tidak pernah memberimu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu.
Imam Turmuzi telah meriwayatkan sebagiannya di dalam kitab Zuhud melalui hadis Abdullah ibnu Zahir, dari Ali ibnu Yazid, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan. Imam Ahmad telah meriwayatkannya melalui jalur lain, bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas, dari Usaid ibnu Abdur Rahman Al-Khas'ami, dari Farwah ibnu Mujahid Al-Lakhami, dari Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw., lalu disebutkan hai yang semisal; Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid.

Hadis lain sehubungan dengan istisqa dengannya.
Imam Bukhari mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Mufaddal, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Urwah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa "Nabi Saw. apabila beristirahat di peraduannya di setiap malam, terlebih dahulu beliau menghimpunkan kedua telapak tangannya, kemudian meniup keduanya setelah membaca surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Nas. setelah itu beliau usapkan kedua telapak tangannya ke bagian tubuhnya yang dapat dicapai oleh kedua tangannya, yaitu kepalanya dan bagian depan tubuhnya; beliau melakukan ini sebanyak tiga kali.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh para pemilik kitab sunnah melalui hadis Uqail dengan sanad yang sama.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Mafia Penyayang.